Senin, 14 Maret 2011

PENENTUAN TINGKAT PENDAPATAN NASIONAL

Sampai saat ini kita baru membicarakan pendapatan nasional dari segi perhitungannya, tetapi belum mempelajari apa yang menentukan tingginya pendapatan nasional itu sebelum kita mempelajari penentuan tingkat pendapatan nasional. Pengertian pendapatan nasional perlu kita sederhanakan terlebih dahulu, yaitu kita menganggab bahwa penyusutan, pajak tidak langsung, pembayaran transfer oleh perusahaan dan subsidi dari pemerintah. Semuanya tidak ada atau sama dengan nol ini berarti Produk Nasional Bruto (PNB) sama dengan Produk Nasional Neto (PNN) dan sama dengan Pendapatan Nasional (PN). Telah kita ketahui bahwa Produk Nasional Bruto di pakai untuk keperluan rumah tangga (C), investasi sektor perusahaan (I), pengeluaran pemerintah (G) dan ekspor neto ke luar negeri (y-m) atau kita dapat menyatakannya sebagai y = C + I + G + (y – m), dimana y adalah PNB. Dari sisi lain produk nasional bruto dipakai untuk keperluan konsumsi (C), di tabung (S), pembayaran pajak (T) dan pembayaran transefer (T) atau dapat ditulis sebagai y = C + S + Tx + Tr .

Konsumsi dan Pendapatan Nasional
Kita lukiskan sumbu hari santai untuk menunjukkan tingkat pendapatan nasional (y) dan sumbu Vertikal menunjukkan tingkat konsumsi (C). Garis 450 yang berasal dari titik asal (O) merupakan garis pertolongan yang menunjukan bahwa pada setiap titik tingkat pendapatan nasional selalu sama dengan tingkat konsumsi.

Bentuk dari fungsi konsumsi adalah c = a + by, yang berarti konsumsi merupakan fungsi dari tingkat pendapatn nasional dan terdapat hubungan positif antara tingkat konsumsi dan tingkat pendapatan nasional.
Fungsi konsumsi dan fungsi tabungan adalah nilai pendapatn nasional keseimbangan. Selanjutnya besarnya tingkat konsumsi dapat dicari dengan mamasukkan nilai pendapatan nasional tersebut ke dalam fungsi konsumsi.
Pendapatan nasional itu setelah dikurangi dengan konsumsi (C), sisanya disimpan dalam bentuk tabungan (S), berarti bahwa tabungan juga tergantung pada besarnya tingkat pendapatan nasional. Dengan kata lain tabungan merupakan fungsi dari pendapatan nasional. Fungsi tabungan itu dapat diturunkan sebagai berikut :
y = c + s (3.1)
c = a + by (3.2)
Kemudian persamaan (3.1) dapat kita tuliskan dengan memasukkan persamaan (3.2) sebagai berikut :
y = a + by + s, dan
s = y – a – by atau
s = -a + (1 – b)y (3.3)

Persamaan (3.3) adalah fungsi tabungan dengan -a sebagai inter cepenya adan (1 – b) sebagai lerengnya yang kita sebut pula sebagai hasrat menabung. Bila kita ketahui sebuah fungsi konsumsi c = 100 + 0,75y, maka kita akan dapat menghitung besarnya tingkat konsumsi dan pendapatan nasional dalam keseimbangan (national income equilibrium) sebagai berikut.
y = c, nilai c kita subsidikan sehingga
y = 100 + 0,75y
0,75y = 100
y = 400
Fungsi konsumsi dan fungsi tabungan adalah nilai pendapatan nasional keseimbangan besarnya tingkat konsumsi dapat dicari dengan masukan nilai pendapatan nasional tersebut kedalam fungsi konsumsi.
c = 100 + 0,75 (400)
= 400
Tingkat pendapatan nasional keseimbungan dengan fungsi konsumsi yang sama c = 100 + 0,75y, sebelum ada investasi tingkat keseimbangan pendapat nasional kita yo = co = 400, kemudian dengan adanya investasi lo = 10, tingkat pendapatan nasional yang baru akan meningkat kita mulai dengan identitas kesamaan berikut.
y1 = c + 1
y1 = 100 + 0,75y + 10
0,75 y1 = 110
y1 = 440
Investasi meningkatkan pendapatan nasional keseimbangan. Secara umum keadaan keseimbangan dengan adanya konsumsi dan investasi yaitu keseimbangan pendapatan nasional naik dari yo ke y1. Perubahan dalam pemintaan agregrat tidak hanya terjadi karena perubahan investasi, tetapi juga di mungkinkan sebagai akibat perubahan tingkat konsumsi.

Ke seimbangan pendapatan nasional dapat kita ketahui dengan menggunakan pendekatan tabungan dan investasi, yaitu melalui pengertian bahwa keseimbangan pendapatan nasional itu tercapai bila tingkat tabungan sama besarnya dengan tingkat investasi. Tabungan itu merupakan kebocoran dalam aliran pendapatan nasional sedangkan investasi merupakan injeksi dalam aliran pendapatan nasional. Apabila kebocoran sama dengan injeksi,maka pendapatan nasional akan seimbang. Hal ii dapat kita turunkan sebagai berikut.
y = c = 1 dan
y = c + s maka
s = 1
Proses pengandaan bersifat simetris, artinya naik dan turun sama sifatnya. Dapat kita simpulkan bahwa analisis pengandaan itu memiliki 3 (tiga) kegunaan utama, yaitu :
1. Suatu perubahan dalam pengeluaran satuan pelaksanaan ekonomi mempunyai dampak yang lebih besar di dalam perekonomian di banding dengan pengeluaran yang mula-mula.
2. Kita akan mengetahui efektif atau tidaknya tindakan yang di tempuh, entah itu kebijakan moneter atau kebijakan fiscal.
3. dengan memandingkan angka pengganda yang di peroleh dari berbagai modal kita dapat memandingkan pula implikasi dari masing-masing model yang bersangkutan.
Keseimbangan pendapatan nasional dan investasi terpacu akan perubahan modal dimana investasi bersifat pengganda investasi maupun angka pengganda konsumsi berubah menjadi lebih kecil, yaitu sebesar.



K =

Dengan fungsi konsumsi yang sama c = 100 + 0,75y, besarnya investasi l = 50, dan besarnya pengeluaran pemerintah G = 20, maka tingkat keseimbangan nasional dapat di cari yaitu :
y = c + 1 + G
= 100 + 0,75y + 50 + 20
0,75y = 170
y = 680
Jadi dalam keadaan keseimbangan kita mengetahui bahwa jumlah injeksi (l + G) hraus sama dengan jumlah kebocoran (S) ternyata dari contoh diatas kita menemukan bahwa injeksi l + G = 50 + 20 sama dengan jumlah kebocoran S = 70.
Apabila pemerintah menarik pajak maka pendapatan nasional cendeung menurun dan kita pun dapat menentukan angka pengganda pajak. Angka pengganda pajak (Ktx) diturunkan dengan cara yang sama seperti dalam mencari angka pengganda G, dimana ;



Ktx =


Pajak dan Tingkat Keseimbangan Pendapatan
a. Pajak Lump-Sum
Pajak di sini di asumsikan bersifat eksogen dan fungsi pajak Tx = Txo, sehingga pajak seperti ini disebut pajak Lump-Sum. Pajak akan menpengaruhi konsumsi sekarang tergantung pada pendapatan sesudah pajak atau disposable income (yd = y – Tx).
Keseimbangan tercapai bila penawaran agregat sama dengan permintaan agregaf yaitu C + l + G = C + S + Tx atau l + G = S + Tx yang berarti injeksi sama dengan kebocoran. Bila di amsukkan yd akan turun dan konsumsi akan ikut turun pula dan karena konsumsi merupakan konponen dari permintaan agregat maka permintaan agregat juga akan turun. Akibatnya fungsi konsumsi dan permintaan agregat bergeser ke bawah dan tingkat keseimbangan pendapatan turun. Jadi dari analisis di atas terlihat bahwa kenaikan pajak mengakibatkan penurunan dalam tingkat keseimbangan pendapatan nasional.

Contoh :
Tx = 20
C = 10 + 0,75yd
L = 50
G = 20
Dimana :
Tx : Pajak Lump-Sum
C : Konsumsi
yd : Pendapatan yang siap di belanjakan
G : Pengeluaran pemerintah
Tingkat keseimbangan pendapatan adalah :
y = C + l + G
= 100 + 0,75 (y – 20) + 50 + 20
= 100 + 0,75 – 15 + 50 + 20
0,75y = 155
y = 620

b. Pajak Proporsional
Fungsi pajak dapat dinyatakan sebagai Tx = t . y, di manta merupakan proporsi pajak yang dinyatakan dalam persentase. Dalam hal ini fisien pengganda permintaan agregat (C, l, G) akan menjadi :




Dengan prosedur yang sama dalam mencari angka pengganda kita peroleh :



K1 = (a + l + G)




c. APBN : Surplus Seimbang dan Defisit
Apabila APBN itu surplus berarti penerimaaan (pajak) lebih besar dari belanja Negara dan akibatnya perekonomian akan berkembang lebih lambah, karena koefisien pengganda pajak akan mengakibatkan kontraksi perekonomian dan koesien pengganda belanja pemerintah akan bersifat ekspansif, namun meningkatnya pengahasilan nasional akan banyak terhambat oleh penurunan pendapatan nasional.
Jadi pendapatan nasional justru akan menurun sebesar 10 satuan dengan danya anggaran belanja surplus akan mengurangi pendapatan nasional, tergantung pada besarnya Surplus APBN tersebut. Anggaran belanja seimbang yaitu penerimaan Negara sama dengan pengeluaran atau belanja Negara, maka akibatnya perekonomian hanya akan berkembang.
Saat ini kita telah melihatkan tiga sector utama dalam analisis pendapatan nasional yaitu sector rumah tangga, sector perusahaan dan sector pemerintah. Pda bagian ini kita masukkan sector luar negeri. Oleh karena itu ekspor bersifat eksogen seperti halnya bersifat endagen dan dapat di nyatakan sebagai, m = mo my, dimana :
m : Impor
mo : Impor minimal
m : Marginal propensity to impor (hasrat mengimpor)
y : Pendapatan nasional
Lebih tepat lagi impor tidak hanya pengaruhi oleh pendapatan nasional Negara yang bersangkutan tetapi juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kurs valuta asing atau kursdevisa dan harga barang-barang sejenis didalam negeri. Jadi secara umum dapat dinyatakan bahwa :
m = m (y, E, P) dimana :
E = kur devisa
P : tingkat harga barang sejenis
m dan y seperti diatas, masing-masing menunjukkan impor dan pendapatan nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar