Minggu, 18 November 2012

Innocence of Muslims

Dalam waktu hanya beberapa hari saja, film berjudul ”Innocence of Muslim” langsung menjadi sorotan. Film amatir ini segera saja menjadi kontroversi karena dinilai ber isi penghujatan dan penilaian terhadap Islam. Film ini berdurasi dua jam dan isinya menghina serta melecehkan Nabi Muhammad SAW dan umat Islam.

 

Massa pengunjuk rasa mencoba memanjat pintu gerbang Kedutaan Besar AS di Sana'a, Yaman, Kamis (13/9/2012) dalam aksi mengecam film Innocence of Muslims. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Cindy Lee Garcia dari Bakersfield, California, yang terlihat muncul sebentar dalam potongan adegan dalam film itu, yang kini beredar di internet, mengaku tahun lalu dipanggil untuk ikut serta dalam film itu. Dalam pengakuannya, film itu sepengetahuannya berjudul Desert Warrior alias Ksatria Padang Pasir. “Rasanya aneh sekali, saya belum pernah menjalani yang seperti itu. Ada banyak keanehan di sana,” katanya dalam wawancara telepon.

Potongan adegan film itu yang kemudian diunggah di YouTube dalam sejumlah judul termasuk di antaranya Innocence of Muslims menunjukkan karakter Nabi Muhammad yang digambarkan melakukan sejumlah tindakan kasar dan negatif. Bagi umat Islam, menggambarkan Nabi Muhammad secara fisik adalah penghinaan besar.

Garcia menyatakan film itu dibuat di musim panas tahun 2011 dan dibuat di dalam sebuah gereja di dekat Los Angeles. Para pemerannya berakting di depan layar hijau besar yang nantinya menjadi tempat gambar latar belakang diproyeksikan. “Ada sekitar 50 pemain yang terlibat,” katanya.

Sebuah pengumuman lowongan pemeran film yang sudah kedaluwarsa di situs pemandu akting dan pencarian pemeran, Backstage.com, menunjukkan sebuah film berjudul Desert Warrior yang disebut sebagai “film berbiaya rendah mengenai petualangan sejarah di gurun Arab. Dalam daftar pemeran dan karakter di film itu tak ada yang bernama Muhammad. “Mereka bilang ceritanya tentang masa 2.000 tahun silam, seperti di masa Yesus,” ujar Garcia.

Sejumlah media AS, Selasa malam lalu melaporkan film itu dibuat seseorang yang mengaku bernama Sam Bacille, seorang pengembang properti warga AS-Israel. Dalam pengakuannya Bacille menyebut film itu dibuat dengan biaya US$5 juta, yang didanai sekitar 100 investor Yahudi. Namun identitas Bacille juga sulit dikonfirmasikan apakah itu yang sebenarnya atau hanya samaran. Data Backstage.com juga menyantumkan nama yang hampir mirip yaitu Sam Bassiel sebagai produser, sementara untuk sutradara tercantum nama Alan Roberts. Nama-nama ini juga sama sekali belum bisa dibuktikan kebenarannya.

Lantas ada Steven Klein, seorang warga California yang mengaku sebagai konsultan dan juru bicara untuk proyek film itu, namun bukan untuk para produsernya. Dia juga mengakui nama-nama yang tercantum dalam daftar kru film itu kemungkinan nama samaran. “Saya pernah ketemu dia [Sam Bacille]. Saya tak tahu dia dari mana. Saya cuma tahu dia bukan orang Yahudi Israel dan saya cuma menebak dia memberikan identitas palsu untuk melindungi keluarganya, yang setahu saya ada di Timur Tengah,” jelasnya. Klein yang dijumpai di rumahnya di Hemet, California, menyebut dirinya mantan anggota marinir AS dan dia mengaku sengaja menyuruh para pembuat film itu agar bersembunyi.

Sebuah LSM yang beraktivitas melacak kelompok-kelompok radikal dan penghasut kebencian, Southern Poverty Law Center menggambarkan Klein memiliki hubungan dengan kaum ekstremis sayap kanan. Ketika Klein ditanyai soal itu, dia membantah.

Film itu sendiri kelihatan sekali sebagai film murahan, di mana dialog-dialognya terlihat kasar sementara akting pemerannya juga sangat kaku. Klein menyebut film itu sempat diputar dengan judul lain di sebuah bioskop di California, namun karena tak ada yang membeli tiket, film itu akhirnya batal diputar.

Sementara Garcia, pemeran perempuan yang terlihat dalam potongan adegan film di YouTube, mengaku dalam skenario yang diterimanya ada adegan dia dipaksa menyerahkan anaknya ke seorang karakter bernama Master George, yang digambarkan sebagai seorang pemimpin yang keras dan kejam. Namun dalam potongan adegan yang muncul di YouTube, adegan di mana Garcia muncul justru disulih suara atau di-dubbing, dan karakter bernama Master George itu disebut sebagai Muhammad.

Garcia menyebut dia mengenal sang produser bernama Sam Bassil, yang bicara dengan akses bernada asing. Garcia mengaku sempat menelepon si produser itu setelah berita protes berdarah di Libya akibat film itu muncul. “Saya bilang ke dia kenapa dia berlaku seperti itu dan menjadikan saya di posisi yang membuat ada orang terbunuh gara-gara film itu?” tuturnya. Sam Bassil menurut dia menjawab bahwa semua itu bukan salah Garcia. (solopos.com)


Terry Jones di Balik Film Buatan Amerika yang Menghina Nabi Muhammad

MASIH ingat dengan Terry Jones? Itu, pendeta dari Amerika yang dua tahun lalu punya rencana untuk mengadakan Hari Bakar Quran. Ternyata di balik film “Innocence of Muslims” yang memicu kontroversi terutama di Libya, Terry Jones juga hadir namanya. Jones menyatakan dukungannya terhadap film tersebut.
Karena kisruh yang makin merembet, seorang perwira Amerika,  Jenderal Martin Dempsey ternyata langsung meminta Terry Jones menolak film itu untuk meredakan ketegangan.

Kolonel Dave Lapan, salah seorang juru bicara militer Amerika, mengatakan bahwa Jenderal Dempsey menyatakan keprihatinannya atas adanya film itu.  ketegangan akan terangsang dan kekerasan itu akan menyebabkan,” kata juru bicara Kolonel Dave Lapan mengatakan dalam email.

“Dia meminta Mr Jones untuk mempertimbangkan menarik dukungannya untuk film ini,” katanya.
Serangan di Benghazi menelan korban yaitu duta besar AS untuk Libya dan tiga rekannya, sementara sedikitnya lima orang Amerika lainnya terluka, kata para pejabat.

Para pejabat Pentagon khawatir kemarahan yang disebabkan oleh film amatir buatan Amerika tersebut dan mengolok-olok Nabi Muhammad bisa memicu kekerasan di Afghanistan dan membahayakan tentara Amerika di sana. Taliban sebelumnya pada hari Rabu menyerukan Afghanistan untuk mempersiapkan melawan Amerika dan mendesak para pejuang untuk “membalas dendam” terhadap tentara AS selama film itu beredar. Sekarang ini, ada 74.000 pasukan AS yang memerangi Taliban di Afghanistan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar