keindahan hidup Sheila Marcia Joseph,
usianya memang baru akan beranjak 21 tahun, tapi pengalaman hidupnya bisa dibilang jauh lebih kaya dibanding gadis-gadis seusianya. Mulai dari kasus obat-obat terlarang yang membuatnya harus merasakan kelamnya kehidupan penjara hingga dua kali, bahkan merawat kehamilannya yang pertama di dalam penjara sendirian dan kini Sheila berani memilih dengan menjadi ibu muda di usia yang cukup muda tanpa seorang suami. Tentu saja ini bukan hal yang gampang, tapi bukan Sheila namanya jika ia menyerah. Apalagi di samping Sheila ada seorang Mama, Tante Maria, yang selalu mendukung apapun keputusan putrinya, selama itu baik baginya.
Siang itu, sekitar jam 12.00, KapanLagi.com diberi kesempatan berkunjung ke tempat tinggal Sheila yang ada di kawasan Bintaro. Saat kami datang, si mungil Leticia masih tertidur di kamarnya, sedang Sheila tengah asyik berada di depan komputer. Dan berikut adalah petikan wawancara santai kami bareng Sheila, Tante Maria, dan tentunya malaikat kecil, Leticia.
Sheila Juga Perempuan Biasa
Selama ini Sheila selalu terlihat tegar dan kuat di depan kamera, jarang terlihat rapuh atau down. Padahal Sheila tahu banyak juga orang-orang yang menghujatnya atas semua hal yang telah terjadi dalam hidupnya. Ia juga seorang manusia biasa, perempuan biasa, yang juga mengalami stres dan down. Tapi Sheila berhasil melalui itu semua dengan baik.
- Sempat merasa benci dengan orang-orang selama ini menghujat kamu atas semua hal yang sudah kamu alami?
- Dan kamu gak berusaha untuk konfirmasi ke mereka, bilang kalau selama ini apa yang mereka bilang itu salah?
- Dari berbagai jejaring sosial, baik Facebook, Twitter, banyak yang menaruh simpati ke Sheila. Bahkan ada yang penasaran, kok Sheila bisa segitu kuatnya, padahal Sheila baru umur 20 tahun?
- Kenapa kemarin kamu enggak milih untuk aborsi? Seperti kata Mama, kamu ada fasilitas kalau mau ambil jalan itu, ada keluarga kamu yang dokter, sehingga akan jauh lebih mudah juga kalo aborsi. Tapi kamu tetep memilih mempertahankan itu semua. Alasan kamu sebenernya apa sih?
Dulu seperti itu, dulu kayak, 'Sok tahu banget si loe? Loe gak ngerti jalan hidup gue seperti apa. Loe gak tahu diri gue dan sebab akibat gue bandel itu apa', tapi percuma ngadepin (orang lain), sampai kapanpun enggak bakal pernah ngerti. Jadi ya sudah, akhirnya I can deal with it. Fine-fine aja akhirnya. Misal ada orang menghujat aku di Twitter, oke terima kasih, semoga Tuhan mengampunimu. Maksudnya Tuhan mengampuni, bukan aku sok suci, enggak. Cuman saat (jari telunjuk) kita menunjuk orang, itu kan kita gak sadar tiga jari nunjuk kita sendiri. Jadi loe belum tentu bener, tapi it's oke. Mereka berhak untuk berbicara.
Hmm, mungkin ada sedikit. Misal ada orang yang salah mengerti, aku coba luruskan. Tapi kalau dia tetep menghujat aku, ya gak apa-apa. Yang penting aku sudah bilang bahwa, 'No, kamu enggak bener'. Jadi selalu sih aku mencoba menjelaskan dulu, tapi kalau masih tetep benci, ya sudah. Jarang sih, dari yang aku jelasin mereka jadi 'Iya loe bener', jarang sih.
Sheila - Leticia
Pertamanya kan enggak langsung kuat juga kan? Aku juga ngalami proses, di mana aku down, aku stres, apalagi waktu masuk penjara yah. Memang di depan kamera I look fine, tapi dalam kamar (penjara) siapa yang tahu? Jadi ya semuanya butuh proses lah, dari awal bagaimana aku bisa menguatkan diri aku sendiri. Aku bisa nguatin diri aku, tapi ada satu waktu aku bener-bener enggak bisa dan aku butuh pertolongan Tuhan di situ.
Jadi kalau aku ngandalin kekuatanku sendiri, aku percaya aku pasti udah gila kemarin. Tapi karena aku mengandalkan Tuhan, semuanya bisa teratasi. Walaupun di mata manusia, hidupku kayak hancur, berantakan, busuk, pahit, tapi bener-bener melihat sisi keindahan dari perjalanan hidup aku yang kemarin.
Kalau mengambil jalan pintas, semuanya gampang yah. Misalnya saat di penjara sama aja, 'Ah gue udah gak kuat, bunuh diri aja, mati'. Maksudnya, 'Ah gue hamil, (takut sama pandangan orang), bunuh aja deh anak gue'. Tapi sorry to say, buat aku itu membuat hidup aku tambah penuh dengan dosa. Aku enggak mau sebodoh itulah.
Dan aku beruntung punya Mama yang jalan pikirannya enggak egois. 'Ah nanti aku malu, mendingan bunuh deh'. Enggak gitu ya. Aku punya Mama yang support aku luar biasa. Bukan berarti dia mendukung kejelekan aku, tidak. Diomelin habis iya, dimarahin habis iya, of course. Makanya, aku salutnya ke Mama, di saat seperti Mama bisa mendukung aku, memikirkan cara jalan keluar yang enggak malah menjerumuskan aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar