BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hampir sepuluh tahun bangsa Indonesia dilanda krisis ekonomi yang disebabkan karena tidak stabilnya kondisi politik dalam negeri. Krisis ekonomi yang terjadi banyak melahirkan permasalahan-permasalahan yang kompleks dan rumit. Dampak akibat adanya krisis tersebut lebih banyak mengarah kepada dampak negatif. Kenyataan yang terjadi adalah terpuruknya kondisi perekonomian masyarakat secara menyeluruhKehidupan sosial masyarakatpun mengalami hal yang tidak jauh berbeda. Kesenjangan ekonomi melahirkan jurang kesenjangan sosial yang semakin mendalam.
Kondisi tersebut diperparah dengan bertambahnya jumlah pengangguran yang berakibat pada pendapatan yang menurun, daya beli yang merosot karena inflasi, pemenuhan bahan dasar pangan dan gizi, pendidikan dan kesehatan menurun, angka putus sekolah semakin meningkat, kualitas kesehatan menurun, penurunan kualitas SDM, produktivitas dan meningkatnya kriminalias serta kerawanan sosial. Kondisi inilah yang kemudian menjadi salah satu pertimbangan bagi pemerintah untuk mengubah kebijakan politiknya, yaitu dari sentralisasi ke desentralisasi. Perubahan kebijakan tersebut melahirkan sebuah kebijakan yang bernama otonomi daerah.
Pada era otonomi daerah, tanpa disadari cepat atau lambat masalah persaingan antar daerah dalam menunjukkan keberhasilannya akan terjadi, karena tidak akan ada daerah yang mau ketinggalan dari daerah lainnya, ini naluri alamiah. Pada situasi ini sangat diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas karena daerah yang memiliki sumber daya yang baiklah yang akan memenangkan persaingan
Maraknya pembicaraan tentang otonomi daerah ini hendaknya tidak hanya marak dalam semangat tetapi juga diikuti perbuatan nyata dari seluruh pemikir, cendikiawan, aparat birokrasi, sehingga otonomi benar-benar bermakna untuk masyarakat. Pembicaraan otonomi hendaknya tidak hanya marak dalam seminar sebagaimana maraknya pembicaraan tentang globalisasi, namun sangat kurang aksi yang diarahkan untuk mendukung situasi tersebut. Hal ini dengan mudah dapat kita lihat dengan semakin meningkatnya jumlah pengangguran pada dewasa ini, banyaknya lulusan perguruan tinggi yang tidak mampu merebut peluang yang ada, semakin banyaknya warga masyarakat miskin.
Pengembangan usaha industri rumah tangga sering terbentuk oleh rendahnya pengetahuan, keterampilan dan modal berusaha. Mereka dihadapkan pada kesulitan dalam menentukan standar kualitas produksi, manajemen dan modal usaha. Hambatan ini tidak hanya terjadi pada usaha kecil, bahkan faktor ini pula penyebab dominan munculnya keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I (miskin). Banyak keluarga-keluarga miskin yang berusaha dengan kemampuan pengetahuan yang ada, namun hasilnya tetap saja tidak bisa keluar dari lingkaran kemiskinan.
Semakin rendahnya daya beli masyarakat di era krisis seperti sekarang ini, maka perlu adanya dukungan dari pihak lain, seperti dibentuknya Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS). Masalah utamanya bukan saja pada ada dan tidaknya organisasi yang mewadahi usaha kecil dan menengah, tetapi mereka lebih dihadapkan pada rendahnya permodalan yang diperlukan.
Di samping rendahnya pengetahuan, keterampilan dan permodalan, maka faktor kurang mau bekerjasama untuk melakukan perubahan juga pemicu tidak berkembangnya usaha ini. Dengan kata lain, tidak meningkatnya kualitas dan kuantitas kelompok UPPKS di daerah ini terletak pada sikap dan perilaku anggota yang kurang mampu bekerjasama dan tidak terbuka terhadap perubahan dan pembaharuan dalam berusaha. Untuk memperbaiki kenyataan ini diperlukan upaya pemberdayaan agar usaha kelompok UPPKS berkembang dengan mandiri. Sebaliknya kegiatannya dilakukan terus menerus dan berkesinambungan di bidang keterampilan, kualitas produksi, pemasaran, dan manajemen. Pemberdayaan lebih mendasar adalah mengubah sikap dan perilaku yang saling membelajarkan dan bekerjasama dalam berusaha agar terwujud swadaya kooperatif.
Sebuah hasil penelitian menyebutkan bahwa usaha kecil memiliki kelemahan-kelemahan diantaranya adalah kurang efisien. Namun secara kualitatif, essensi dan eksistensi usaha kecil dalam perekonomian nasional, usaha kecil memiliki fungsi sebagai alat untuk memperkokoh perekonomian nasional, sebagai transformator antara sektor, meingkatkan efisiensi ekonomi khususnya dalam menyerap sumber daya yang ada (Suryana, 2006: 71)
Seperti halnya dengan masyarakat di Kecamatan Magetan, terutama di Kelurahan Selosari , yang mayoritas memiliki usaha kecil berupa produksi kulit. Dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia seadanya, masyarakat ini berusaha meningkatkan pendapatan keluarga. Banyak cara yang ditempuh agar usaha yang ditekuni masyarakat ini berkembang, satu di antaranya adalah dengan menjalin kerjasama dengan dunia perbankan untuk melanjutkan usaha ini.
Masalahnya adalah, apakah setelah pihak bank memberikan pinjaman kepada kelompok usaha ini, kemudian usahanya akan maju dan berkembang? Pertanyaan inilah yang menjadikan penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan hasil usaha ditinjau dari pemberian kredit dan motivasi berwiraswasta pada pengusaha kulit di Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan tahun 2008
Identifikasi Masalah
Identifikasi Masalah
Seperti dijelaskan di atas, maka latar belakang permasalahan sehingga penelitian ini dilakukan antara lain sebagai berikut:
- Krisis ekonomi yang berkepanjangan pada masyarakat Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan mengakibatkan daya beli masyarakat sangat rendah.
- Masyarakat belum seluruhnya memanfaatkan lahan pinggir jalan untuk ditanami melinjo sebagai bahan dasar emping.
- Masih rendahnya perhatian dunia perbankan dalam memberdayakan masyarakat dengan pemberian kredit lunak.
- Sebagian masyarakat yang menerima kredit lunak dari dunia perbankan belum dapat dikelola dengan manajemen yang baik.
- Masih rendahnya perhatian dari peerintah, terutama dalam pembinaan usaha kecil guna memberi motivasi berwiraswasta.
Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, permasalahan yang dibahas dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
- Pemberian kredit dari dunia perbankan yang dimaksud adalah kredit lunak pada usaha kecil pembuatan ” kulit” pada masyarakat Kelurahan Selosari , Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan.
- Motivasi berwiraswasta dibatasi pada motivasi masyarakat penerima kredit dalam mengembangkan usaha pembuatan ” kulit”.
- Hasil usaha adalah jumlah uang yang diterima dari aktivitas usaha, yaitu penjualan produk dan / atau jasa kepada pelanggan.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
- Apakah ada perbedaan yang signifikan hasil usaha antara pengrajin kulit yang memperoleh kredit dan yang tidak memperoleh kredit di Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan Tahun 2008?
- Apakah ada perbedaan yang signifikan hasil usaha antara pengrajin kulit yang bermotivasi tinggi dan yang bermotivasi rendah di Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan Tahun 2008?
- Apakah ada perbedaan yang signifikan hasil usaha ditinjau dari interaksi pemberian kredit dan motivasi berwiraswasta pada pengrajin kulit di Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan Tahun 2008?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :
- Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil usaha antara pengrajin kulit yang memperoleh kredit dan yang tidak memperoleh kredit di Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan Tahun 2008.
- Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil usaha antara pengrajin kulit yang bermotivasi tinggi dan yang bermotivasi rendah di Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan Tahun 2008.
- Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil usaha ditinjau dari interaksi pemberian kredit dan motivasi berwiraswasta pada pengrajin kulit di Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan Tahun 2008.Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
-
- Motivasi berwiraswasta dapat mendorong tercapainya keuntungan yang maksimal.
- Adanya faktor kepribadian seseorang yang berani memikul resiko dengan perhitungan yang matang untuk meningkatkan dan mengembangkan prestasi, inovasi, kreativitas, yang menekankan pada aspek pembaharuan, fleksibilitas dan sensitivitas terhadap suatu usaha yang diukur pada kemampuan pencapaian keuntungan.
- Motivasi berwiraswasta berfungsi sebagai katalisator untuk menentukan apakah seseorang yang bersangkutan itu memilih wiraswasta sebagai profesinya atau pekerjaan lain. Makin besar fungsi motivasi kewiraswastaan sebagai katalisator, maka semakin besar pula kemungkinan seseorang tersebut menjadi wiraswastawan.
- Manfaat Praktis
-
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam beberapa hal, antar lain sebagai berikut:
- Diharapkan dapat digunakan sebagai motivasi dalam mengelola modal dan menambah pengetahuan tentang manajemen suatu usaha agar usaha yang ditekuninya akan bertahan hidup.
- Bermanfaat bagi bank (pemberi kredit) untuk menentukan kriteria kreditur yang sesuai dengan ketentuan.
- Bermanfaat bagi peneliti berikutnya untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Sesuai dengan masalah yang diteliti, berikut ini penulis mengkaji teori-teori tentang (1) bantuan kredit, (2) kredit usaha kecil, (3) motivasi berwiraswasta, dan (4) hasil usaha.
Tinjauan Pustaka
Kredit
Pengertian
Untuk mengenal kredit secara lebih jauh, terlebih dahulu perlu diketahui pengertian kredit itu sendiri. Menurut Suyanto (2003: 12) disebutkan: “Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti kepercayaan (truth atau faith)”.
Pengertian lain dikemukakna oleh Kent dalam Suyanto, dkk (2003: 13) bahwa kredit adalah:
Bahwa pihak kesatu memberikan prestasi baik berupa barang, uang atau jasa kepada pihak lain, sedangkan kontraprestasi akan diterima kemudian (dalam jangka waktu tertentu). Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang sekarang.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diketahui bahwa dalam kredit terdapat kegiatan ekonomi yaitu adanya suatu penyerahan uang atau barang yang kemudian menimbulkan tagihan terhadap pihak lain, dimana pihak yang meminjamkan mendapatkan tambahan nilai dari pokok pinjaman baik berupa bunga atau dalam bentuk dan istilah tertentu. Selain itu juga muncul adanya perjanjian yang saling mempercayai antara kedua belah pihak, dan juga adanya kesekapatan untuk pelunasan hutangnya.
Unsur Kredit
Menurut Santoso (1996: 10), lembaga perbankan dalam memberikan kredit kepada debitur didasarkan atas unsur-unsur sebagai berikut :
(1) Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang; (2) Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterimanya pada masa yang akan datang (3) Degree of risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima di kemudian hari; (4) Prestasi, yaitu obyek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dalam bentuk barang atau jasa.
Dengan pertimbangan-pertimbangan resiko kredit tersebut, maka kebijakan pemerintah di bidang ekonomi pembangunan seperti pemberian kredit harus sesuai dengan kebijakan moneter dan ekonomi nasional, pemberian secara selektif, tidak memberikan kredit kepada pihak yang diragukan, penarikan dana melebihi saldo giro (overdraf), menghari pemberian kredit untuk pembayaran pajak dan bea cukai serta menghindari pemberian kredit tanpa jaminan.
Tujuan Kredit
Tujuan pemberian kredit tidak semata-mata mencari keuntungan, melainkan disesuaikan dengan tujuan negara Indonesia, yaitu untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Tujuan pemberian kredit yang diberikan oleh suatu badan perbankan, menurut Suyanto (2003: 15), adalah:
Mengemban tugas sebagai agent of development untuk : (1) turut mensukseskan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan, (2) meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat, (3) memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya.
Dari tujuan di atas, pemberian kredit memiliki tujuan kepentingan yang seimbang antara kepentingan pemerintah, kepentingan masyarakat dan kepentingan pemilik modal.
Fungsi Kredit
Fungsi kredit dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain :
Meningkatkan daya guna uang
Pada aspek ini, pemberian kredit dapat dilakukan dengan pemilik modal secara langsung meminjamkan uang kepada pengusaha yang memerlukan untuk meningkatkan produksi atau usahanya, atau pemodal dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lembaga keuangna yang kemudian dipinjamkan kepada pengusaha untuk mengembangkan usahanya.
Meningkatkan peredaran lalu lintas uang
Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran baru seperti cek, giro bilyet dan wesel, sehingga apabila pembayaran dilakukan dengan cek, giro bilyet dan wesel, maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral.
Meningkatkan daya guna dan peredaran uang
Dengan mendapat kredit, para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat. Di samping itu, kredit dapat pula meningkatkan peredaran barang, baik melalui penjualan secara kredit maupun dengan pembelian barang-barang dari satu tempat dan menjualnya ke tempat lain.
Sebagai alat stabilitas ekonomi
Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakan diarahkan kepada usaha-usaha, antara lain :
(a) pengendalian inflasi, (b) peningkatan eksport, (c) pemenuhan kebutuhan pokok rakyat. Arus kredit diarahkan pada sektor-sektor yang produktif dengan pembatasan jumlah dan mutunya, tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan dalam Negeri agar bisa dieksport (Suyatno, 2003 : 17).
Meningkatkan pemerataan pendapatan
Dengan bantuan kredit, para pengusaha dapat memperluas uahanya. Peningkatan usaha akan membutuhkan tenaga kerja, sehingga tenaga kerja akan memperoleh penghasilan dan meningkatkan pemerataan pendapatan.
Meningkatkan gairah berusaha
Bantuan kredit yang diberikan oleh pihak bank akan dapat mengatasi kekurangmampuan para pengusaha di bidang permodalan tersebut, sehingga para pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya.
Meningkatkan hubungan internasional
Bank-bank di luar negeri yang mempunyai jaringna usaha, dapat memberikan bantuan dalam bentuk kredit, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada perusahaan-perusahaan di dalam negeri.
Jenis-jenis kredit
Jenis kredit yang diberikan perbankan kepada masyarakat dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Menurut Suyatno, dkk (1995: 25), antara lain :
Dari sudut pandang tujuan antara lain (1) kredit konsumtif, (2) kredit produktif dan (3) kredit perdagangan. Dilihat dari sudut jangka waktunya kredit terdiri dari kredit jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Termasuk kredit jangka pendek (short term loan) seperti : (1) rekening koran, (b) kredit penjualan (leverancies credit), (3) kredit pembeli (afnemers credit), (4) kredit wesel dan (5) kredit eksploitasi. Kredit jangka 1-3 tahun. Sedangkan redit jangka panjang (long term loan), yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun.
Kredit dilihat dari sudut penggunaannya terdiri dari kredit eksploitasi jangka pendek (untuk modal kerja) dan kredit investasi, yaitu kredit jangka menengah atau panjang untuk investasi atau penanaman modal.
Syarat-syarat kredit
Prinsip-prinsip yang menjadi pedoman agar kegiatan perkreditan dikatakan sehat menurut Teguh Pudjo Muljono (1990:11) “telah dikenal dengan sebutan 5C atau 6C, yang terdiri dari character, capacity, capital, collateral,condition of economy, dan constraint“. Masing-masing dari ke enam C tersebut dapat dijelaskan di bawah ini.
Character
Sesuai dengan sifat dari kredit, yaitu kepercayaan, maka salah satu cara untuk membentuk kepercayaan adalah dengan melihat karakter seseorang.
Capacity
Capacity adalah suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewjiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dilakukannya yang akan dibiayai dengan kredit dari bank
Capital
Yaitu jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur.
Collateral
Collateral yaitu barang-barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam/debitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya.
Condition of economy
Kondisi ekonomi yang dimaksudkan adalah kondisi dan situasi politik, sosial, ekonomi dan lain-lain yang tentunya akan mempengaruhi keadaan perekonomian secara global.
Constraint
Constraint yang dimaksud yaitu adanya batasan-batasan atau hambatan-hambatan yang tidak memungkinkan seseorang melakukan bisnis di suatu tempat. C yang ke 6 ini pada saat ini sangat penting, karena tempat usaha atau status seseorang yang menempati daerah tertentu belum tentu dalam jangka lama akan tetap di situ.
Kredit Usaha Kecil
Usaha Kecil
Menurut Tiktik Sartika Partono dan Abd. Rahman Soejoedono (2002: 15) kriteria UKM dilihat dari ciri-cirinya pada sarnya bisa dianggap sama, yaitu:
1) struktur organisasi yang sangat sederhana,
2) tanpa saf yang berlebihan,
3) pembagian kerja yang kendur,
4) memiliki hirarki manjerial yang pendek,
5) aktivitas sedikit yang formal, dan sedikit menggunakan proses perencanaan,
6) kurang membedakan aset pribadi dari aset perusahaan.
Seseorang yang melakukan usaha kecil-kecilan dengan modal yang kecil, lama kelamaan dapat berkembang menjadi perusahaan yang besar. Karena perkembangan teknologi dan inovasi dari para pebisnis, maka sebuah perusahaan tidak hanya terbentuk karena adanya seseorang yang memiliki modal dan mengusahakannya untuk melakukan produksi atau distribusi.
Di Indonesia saat ini, berbagai macam bentuk usaha tumbuh subur dan berkembang, terutama jenis usaha kecil seperti, tela-tela, bebek goreng, ayam goreng dan sebagainya. Usaha kecil semacam itu merupakan usaha kecil yang diperoleh dengan cara membeli hak lisensi atau waralaba. Usaha tersebut hanya memerlukan modal yang kecil. Karena itu, perusahaan tersebut dikategorikan sebagai perusahaan kecil.
Perusahaan kecil memiliki keuntungan dan kelemahan juga. Menurut Fuad dkk (2005: 55) disebutkan yaitu: “1) memiliki fleksibilitas dalam mengantisipasi perubahan tuntutan pasar, dan 2) penyesuaian dengan kebutuhan setempat dapat berjalan lebih baik”.. Sedangkan kelemahan perusahaan kecil yaitu: “1) lebih mudah terpengaruh oleh perubahan situasi, kondisi ekonomi, persaingan, dan lokasi yang buruk, 2) tidak memiliki spesialisasi keahlian manajemen, 3) kemungkinan memberikan upah yang lebih baik kepada karyawan, namun tidak dapat memberikan jaminan seperti perusahaan besar”. Keuntungan dan kelemahan tersebut perlu diketahui oleh para usahawan kecil, sehingga kelemahan-kelemahan yang ada dapat diantisipasi dan diminimalisir dengan tujuan agar usaha tersebut dapat terjamin kelangsungan hidupnya.
Berdasarkan uraian tersebut maka usaha kecil merupakan usaha yang sederhana yang hampir tanpa menggunakan teknologi modern dan keahlian khusus. Selain itu, usaha kecil merupakan jenis kegiatan padat karya, yaitu memerlukan tenaga kerja yang banyak daripada menggunakan teknologi atau peralatan modern.
Kredit Usaha Kecil
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa perusahaan kecil memiliki ciri-ciri tertentu.Salah satu cirinya adalah modalnya terbatas. Bagi perusahaan kecil yang terbatas modalnya, maka untuk mengembangkan tentunya akan mengalami kesulitan. Karena itu diperlukan tambahan modal bagi usaha kecil agar dapat terus tetap hidup dan juga dapat berkembang
Berkaitan dengan masalah modal di atas, pemerintah juga memikirkan untuk dapat mengembangkan usaha-usaha kecil yang dimiliki oleh rakyatnya. Salah satu kebijakan pemerintah untuk mengembangkan usaha kecil yaitu dengan menyediakan sarana kredit. Selain menyediakan fasilitas kredit, pemerintah juga memberikan pembinaan manajemen maupun pemasaran, keahlian eknis dan lain-lain.
Kredit Investasi Kecil, atau lebih dikenal dengan singkatan KIK yaitu kredit jangka menengah/panjang yang diberikan kepada pengusaha kecil pribumi dengan berbagai fasilitas kemudahan dalam persyaratan dan prosedur yang khusus, untuk pebiayaan barang-barang mosal serta jasa yang diperlukan untuk rehabilitas, modernisasi, perluasa proyek maupun untuk pendirian proyek-proyek baru. Kredit Modal Kerja Permanen atau disingkat KMKP, yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha kecil pribumi dengan berbagai fasilitas kemudahan dalam persyaratan dan prosedur khusus guna membiayai kebutuham modal (kerja) yang dipergunakan secara terus menerus untuk kelancaran usahanya. Sedangkan kredit masal merupakan kredit yang diberikan kepada sekelompok nasabah dalam satu lokasi tertentu untuk proyek yang sama dengan jumlah pemohon dan jumlah plafond kredit keseluruhan yang besarnya ditentukan oleh Bank Indonesia.
Motivasi Berwiraswasta
Pengertian
Sadili Samsudin (2006: 281) berpendapat: “motivasi adalah proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau sekelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka motivasi menekankan pada usaha yang telah disadari untuk menggerakkan tingkah laku, mengarahkan tingkah laku, dan menjaga tingkah laku agar ia terdorong untuk bertindak melakukannya sehingga dapat tercapai tujuan yang hendak diinginkan. Dengan demikian apabila seseorang mempunyai motivasi yang tinggi akan tercapai tujuan yang diinginkan.
Berkaitan dengan pengertian di atas, bahwa motivasi merupakan kecenderungan manusia untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat biologis dan emosional. Hal mana sesuai dengan pendapat Maslow yang berasumsi bahwa perilaku manusia termotivasi ke arah self fulfillment. Setiap orang mempunyai motif bawaan yang selalu diperjuangkan untuk dipenuhi yang bergerak dari motif yang paling sederhana yaitu kebutuhan fisiologis sampai aktualisasi diri. Maslow mengemukakan tentang teorinya yang menyebutkan 5 hirarki kebutuhan dasar manusia, yaitu : “1) kebutuhan fisiologis, 2)kebutuhan keamanan, 3) kebutuhan sosial, 4) kebutuhan penghargaan, dan 5) kebutuhan aktualisasi diri” (Masykur Wiratmo, 2001: 207).
Pengertian kewiraswastaan menurut Peter (1994; 23) adalah “Pemindahan sumber daya ekonomi dari kawasan produktivitas rendah ke kawasan produktivitas tinggi dan hasil yang diperoleh lebih besar”. Kewiraswastaan saat ini memiliki istilah lain, yaitu entrepreneurship. Entrepeneur berarti orang yang memilai sesuatu usaha bisnis baru (Winardi (2003: 71. Sedangkan Drucker (1991 : 325) mendefinisikan wiraswasta sebagai “memindahkan sumberdaya ekonomi dari kawasan produktivitas rendah ke kawasan produktivitas yang tinggi dengan hasil yang lebih besar”.
Para ahli ekonomi dalam Masykur Wiratmo (2006: 2) menyatakan: “wiraswastawan adalah orang yang mengubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar dari sebelumnya dan juga orang yang melakukan perubahan, inovasi, dan cara-cara baru”. Peningkatan nilai yang dimaksud adalah peningkatan nilai menjadi lebih ekonomis.
Fungsi kewiraswastaan
Menurut Mas’ud Machfoedz dan Mahmud Machfoedz (2002: 2) ada beberapa ciri kewiraswastaan, yaitu : (1) mengejar prestasi, (2) berani mengambil resiko, (3) mampu memecahkan permasalahan, (4) rendah hati, (5) bersemangat, (6) memiliki rasa percaya diri, (7) menghindari sifat cengeng, dan (8) mencari kepuasan diri. Pada bagian lain secara rinci Soemanto (1994) mengungkapkan bahwa seorang wiraswastawan harus memiliki enam kekuatan mental yang membangun kepribadian, yaitu: (1) kemauan yang keras, (2) keyakinan yang tinggi atas kekuatan atau pondasi yang dimiliki, (3) kejujuran dan tanggung jawab yang tinggi, dan untuk itu dibutuhkan disiplin dan moral yang tinggi, (4) ketahanan fisik dan ketahanan mental, yang berupa ketabahan dan kesabaran, (5) ketekunan dan keuletan untuk bekerja keras, dan (6) memiliki pemikiran yang konstruktif dan kreatif.
Atas dasar pemikiran di atas dapat dikatakan bahwa tuntutan kemampuan seseorang yang berwiraswasta dalam rangka mencari dan menemukan sesuatu yang baru selalu berharap memperoleh sesuatu yang berbeda, dan mengganti nilai-nilai yang telah ada. Arti lainnya, seorang seseorang yang ingin berwiraswasta diharapkan mempunyai kepekaan dalam menjangkau peluang-peluang bisnis yang pada gilirannya untuk menselaraskan terhadap keberadaan sumber daya dirinya.
Karakteristik Kewiraswastaan
Menurut Justin dkk, (2001) menyebutkan bahwa karakteristik kewiraswastaan antara lain ; (1) kebutuhan akan keberhasilan, (2) keinginan untuk mengambil resiko dan (3) keinginan kuat untuk berbisnis. Dari uraian di atas dapat diklasifikasikan beberapa sifat dan karakteristik yang perlu dimiliki oleh seseorang yang ingin berwiraswasta yang erat kaitannya dengan kebutuhan dirinya untuk berkreasi, mengembangkan nilai-nilai inovasi dalam rangka memperoleh peluang-peluang bisnis yang lebih menjanjikan, dimana sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut : (1) ketekunan melakukan dan menyesuaikan suatu tugas, (2) mempunyai keberanian untuk mengambil risiko terhadap tugas yang dilaksanakannya, (3) berorientasi ke masa depan, (4) mengacu pada pencapaian kesuksesan dengan risiko yang telah diperhitungkan (moderate risk), (5) kecenderungan untuk mencapai kedudukan yang lebih tinggi (upward mobility), (6) kesediaan menuntaskan pekerjaan yang belum selesai atau yang pernah gagal dilakukan, (7) dinamis, yaitu melihat waktu selalu terbatas dan berjalan cepat (time perspective), (8) memilih rekan kerja berdasarkan pada keahlian dan kemampuan, (9) mempunyai hasrat untuk mendapatkan pengakuan akan hasil kerjanya, dan (10) mempunyai perilaku yang selalu ingin berprestasi.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa motivasi berwiraswasta menggambarkan tingkah laku yang mencakup kesadaran seseorang tentang adanya gejala yang berbentuk nilai-nilai kewiraswastaan, sehingga melalui kesadaran itu seseorang tersebut cenderung mempunyai keinginan yang makin besar untuk hadir dan berhubungan dengan nilai-nilai atau aspek-aspek kewiraswastaan. Dan dalam perkembangan selanjutnya seseorang tersebut diharapkan berusaha dengan penuh perhatian tentang hubungan antara kewiraswastaan dengan aspek-aspek yang lainnya. Apabila seseorang mempunyai motivasi kewiraswastaan yang tinggi, diharapkan ia benar-benar menyukai dan bahkan ingin menjadi wiraswastawan sebagai sarana dan jalan mencapai tujuan hidupnya.
Apabila motivasi seseorang terhadap kegiatan wiraswasta sudah muncul, maka dalam tahap selanjutnya motivasi berwiraswasta tadi dapat berubah bentuk menjadi profesi atau pekerjaan. Dalam konteks ini, motivasi berwiraswasta berfungsi sebagai katalisator untuk menentukan apakah seseorang yang bersangkutan itu memilih wiraswasta sebagai profesinya atau pekerjaan lain. Makin besar fungsi motivasi kewiraswastaan sebagai katalisator, maka makin besar pula kemungkinan seseorang tersebut menjadi wiraswastawan. Dengan dmeikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa motivasi kewiraswastaan adalah suatu gambaran tingkah laku seseorang atau seseorang terhadap kegiatan wiraswasta yang melihat dari berbagai segi dan menjadikan wiraswasta sebagai kegiatan yang menarik serta sesuatu yang perlu dipelajari lebih mendalam.
Kewiraswastaan adalah sikap hidup yang selalu ingin berprestasi dan ingin maju, baik dalam kehidupan sehari-hari, di lingkungan/tempat kerja, dalam organisasi/institusi berniaga ataupun nirlaba. Karenanya, kewiraswastaan juga suatu semangat, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka kegiatan yang lebih baik
Sikap dan Kepribadian Kewirausahaan
Keinginan untuk berprestasi merupakan motivator utama bagi seorang wiraswastawan. Kebutuhan untuk berprestasi tersebut merupakan tantangan bagi kompetensi individu. Keinginan untuk bertanggung jawab bagi wiraswastawan karena mereka ingin menggunakan sumber daya sendiri dengan cara bekerja sendiri sehingga mereka juga bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan. Namun mereka juga dapat melakukan kegiatan kelompok asalkan dapat mempengaruhi secara positif terhadap pencapaian tujuannya. Resiko merupakan sesuatu hal yang mesti dihadapi oleh wiraswastawan. Mereka berani menghadapi resiko yang akan terjadi terhadap usaha yang dilakukannya. Keyakinan untuk berhasil merupakan sesuatu hal yang dimiliki oleh wiraswastawan. Dengan keyakinan tersebut mereka percaya pada diri sendiri untuk mampu mendapatkan apa yang diinginkan. Wiraswastawan juga mengharapkan umpan balik sebagai koreksi atas apa yang dilakukannya. Dengan adanya umpan balik tersebut, maka dapat digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki kinerjanya sehingga apa yang diusakan dapat berkembang. Sebagai seorang yang menggunakan sumber daya sendiri, wiraswastawan memerlukan energi yang lebih. Oleh karena itu seorang wiraswastawan harus energik agar apa yang dilakukannya dapat berhasil. Prospek masa depan merupakan sesuatu hal yang diharapkan oleh wiraswastawan. Dengan memiliki prospek di masa depan, maka wiraswastawan akan selalu berusaha untuk melakukan hal yang terbaik agar di masa yang akan datang ia dapat memperoleh keberhasilan. Keterampilan manajemen dan keorganisasian juga menjadi salah satu ciri seorang wiraswastawan. Dengan memiliki keterampilan manajemen dan keorganisasian akan dapat menjamin keberhasilannya dalam melakukan usaha. Masalah keuangan, seorang wiraswastawan bukan menganggap sebagai sesuatu yag paling penting. Seorang wiraswastawan akan lebih mementingkan prestasi kerja dari pada laba. Uang dianggap sebagai akibat saja dari prestasi yang mereka capai.
Hasil Usaha
Pengertian
Pengertian
Hasil usaha adalah pendapatan yang diterima perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan (Wikipedia Indonesia, Internet). Jadi yang dimaksud dengan hasil usaha adalah pendapatan yang diterima karena adanya usaha, yaitu melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen atau pelanggan.
Penggolongan hasil usaha
Penggolongan hasil usaha
Hasil usaha yang dilakukan oleh seseorang karena usahanya dapat digolong-golongkan tingkatan-tingkatan tertentu. Salah satunya dikemukakan oleh Shinichi Ichimura (1996 : 354) yang menyebutkan bahwa “pendapatan hasil usaha dapat digolongkan antara lain: penggolongan rumah tangga, pendapatan, lapangan usaha, jenis pekerjaan, dan status pekerjaan”.
Penggolongan rumah tangga
Penggolongan rumah tangga
Penggolongan rumah tangga dibagi dua, yaitu untuk rumah tangga bukan petani dan rumah tangga petani. Lebih lanjut Shinichi Ichimura (1996 : 352) mengemukakan sebagai berikut:
Untuk rumah tangga bukan petani, penggolongan didasarkan atas lapangan usaha, jenis pekerjaan dan status pekerjaan dari anggota rumah tangga yang memiliki pendapatan tertinggi.
Untuk rumah tangga pertanian, jika pendapatan perbulan yang terbesar berasal dari bertani, maka penggolongan ditentukan oleh lapangan usaha, jenis pekerjaan dan status pekerjaan dari kepala rumah tangga, sedangkan jika pendapatan perbulan yang berasal dari bertani bukan yang terbesar, penggolongannya ditentukan oleh lapangan usaha, jenis pekerjaan dan status pekerjaan dari anggota rumah tangga yang berpendapatan terbesar.
Untuk rumah tangga bukan petani, penggolongan didasarkan atas lapangan usaha, jenis pekerjaan dan status pekerjaan dari anggota rumah tangga yang memiliki pendapatan tertinggi.
Untuk rumah tangga pertanian, jika pendapatan perbulan yang terbesar berasal dari bertani, maka penggolongan ditentukan oleh lapangan usaha, jenis pekerjaan dan status pekerjaan dari kepala rumah tangga, sedangkan jika pendapatan perbulan yang berasal dari bertani bukan yang terbesar, penggolongannya ditentukan oleh lapangan usaha, jenis pekerjaan dan status pekerjaan dari anggota rumah tangga yang berpendapatan terbesar.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dijelaskan bahwa pendapatan rumah tangga bukan petani diukur dari pendapatan dari anggota rumah tangga yang memiliki pendapatan tertinggi. Maksudnya, jika suami dan istri semuanya bekerja, maka pengasilan yang digunakan adalah penghasilan suami atau istri, dipilih yang paling tinggi penghasilannya sebagai ukuran.
Hasil usaha rumah tangga perbulan
Hasil usaha rumah tangga perbulan
Hasil usaha rumah tangga perbulan adalah jumlah pendapatan dari semua anggota rumah tangga. Pendapatan ini berasal dari berbagai sumber, yaitu dari bertani, bekerja dan sumber tambahan lainnya, seperti sewa rumah tangga, bunga, pensiun, piutang dan penerimaan lain dalam keluarga.
Lapangan Usaha
Lapangan Usaha
Lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan, usaha perusahaan atau instansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja seminggu sebelumnya.
Pembagian pendapatan
Pembagian pendapatan
Pembagian pendapatan menurut ISCO (International Standart for Classification of Accupation) yang dikutip oleh Shinichi Ichimura, (1996 : 3453), sebagai berikut :
1. Jenis pekerjaan dibagi atas : professional, ahli tehnik dan ahli yang sejenis, kepemimpinan dan ketatalaksanaan, administrasi dan lain-lain.
2. Status pekerjaan, adalah kedudukan seseorang dalam pekerjaan. Terdiri dari (a) pengusaha tanpa pegawai (orang yang bekerja atau menjalankan usaha atas rasio/tanggung jawab sendiri dan tanpa mempekerjakan pekerja yang dibayar, mungkin hanya dibantu oleh anggota rumah tangga yang tidak mendapat upah), (b) pengusaha dengan pegawai (orang yang bekerja atau menjalankan usaha atas tanggung jawab sendiri dibantu oleh satu orang atau lebih yang dibayar), (c) pegawai/pekerja (orang yang bekerja dengan menerima upah atau gaji dalam bentuk uang atau barang).
Kerangka Pemikiran
1. Jenis pekerjaan dibagi atas : professional, ahli tehnik dan ahli yang sejenis, kepemimpinan dan ketatalaksanaan, administrasi dan lain-lain.
2. Status pekerjaan, adalah kedudukan seseorang dalam pekerjaan. Terdiri dari (a) pengusaha tanpa pegawai (orang yang bekerja atau menjalankan usaha atas rasio/tanggung jawab sendiri dan tanpa mempekerjakan pekerja yang dibayar, mungkin hanya dibantu oleh anggota rumah tangga yang tidak mendapat upah), (b) pengusaha dengan pegawai (orang yang bekerja atau menjalankan usaha atas tanggung jawab sendiri dibantu oleh satu orang atau lebih yang dibayar), (c) pegawai/pekerja (orang yang bekerja dengan menerima upah atau gaji dalam bentuk uang atau barang).
Kerangka Pemikiran
Dampak nyata krisis ekonomi antara lain rendahnya daya beli masyarakat dan meningkatnya masyarakat yang berada di garis kemiskinan. Untuk mengangkat masyarakat yang miskin ini perlu adanya upaya pemberdayaan potensi masyarakat agar dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki sehingga kebutuhan hidupnya tercukupi.
Pengaruh pemberian kredit terhadap perbedaan hasil usaha
Pengaruh pemberian kredit terhadap perbedaan hasil usaha
Pada umumnya setiap orang memiliki niat untuk memperoleh hasil dari setiap usaha yang ditekuni, tetapi yang menjadi masalah adalah modal untuk memulai usaha yang akan ditekuni. Salah satu jalan untuk memperoleh modal usaha adalah dengan meminjam ke bank. Dengan, pemberian kredit akan mempengaruhi hasil usaha yang digelutinya.
Pengaruh motivasi berwiraswasta terhadap perbedaan hasil usaha
Pengaruh motivasi berwiraswasta terhadap perbedaan hasil usaha
Pemberian kredit tidak cukup menjamin perolehan hasil usaha jika pinjaman yang diberikan tidak dimanaj dengan baik. Selain itu faktor psikologis sangat penting artinya bagi kelangsungan usahanya.
Pengaruh pemberian kredit dan motivasi berwiraswasta terhadap perbedaan hasil usaha
Pengaruh pemberian kredit dan motivasi berwiraswasta terhadap perbedaan hasil usaha
Modal usaha yang cukup, baik itu modal sendiri atau hasil pinjaman (kredit), dan dikelola dengan motivasi tinggi akan berpengaruh terhadap keuntungan (hasil usaha) seseorang. Dengan demikian pemberian kredit dan motivasi berwiraswasta berpengaruh terhadap hasil usaha pengrajin kulit di Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan.
Dari alur pemikiran di atas dapat dibuat bagan sebagai berikut :
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
Perumusan Hipotesis
Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
- Ada perbedaan yang signifikan hasil usaha antara pengrajin kulit yang memperoleh kredit dan yang tidak memperoleh kredit di Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan Tahun 2008.
- Ada perbedaan yang signifikan hasil usaha antara pengrajin kulit yang bermotivasi tinggi dan yang bermotivasi rendah di Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan Tahun 2008.
- Ada perbedaan yang signifikan hasil usaha ditinjau dari interaksi pemberian kredit dan motivasi berwiraswasta pada pengrajin kulit di Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan Tahun 2008.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan Kabupaten Sragen.
Waktu Penelitian
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai September tahun 2008.
Metode Penelitian
Metode Penelitian
Ada beberapa metode ilmiah yang dapat digunakan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut :
- Metode observasi alamiah atau naturalistic observation, yaitu penelitian yang dilakukan tanpa adanya campur tangan sama sekali dari pihak peneliti.
- Metode penelitian lapangan atau field research yaitu penelitian yang dilakukan dalam situasi alamiah akan tetapi didahului oleh semacam intervensi dari pihak peneliti.
- Metode eksperimental laboratorium atau laboratory experimentation, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memisahkan subjek penelitian dari lingkungan alamiah dan dimasukkan ke dalam situasi yang seara penuh berada dalam kendali peneliti
Sehubungan dengan metode penelitian sebagaimana tersebut di atas, penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan dari jenis penelitian korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan di antara variabel-variabel yang. Kendali parsial yang dilakukan terbatas pada kontrol statistikal dalam analisisnya sehingga dimungkinkan untuk melihat hubungan di antara dua variabel. Adapun variabel-variabel yang ingin diketahui hubungannya adalah variabel pemberian kredit, motivasi berwiraswasta dan hasil usaha.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan yang menekuni usaha pengolahan kulit di Kelurahan Selosari , dengan jumlah sebanyak 60 orang yang mendapatkan kredit dari Bank, dan sebanyak 40 orang yang tidak mendapatkan kredit, dengan rincian seperti tabel di bawah ini :
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik Pengambilan Sampel
Sampel di dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 60 orang, yang terdiri dari 30 orang pengusaha kulit yang mendapatkan kredit, dan 30 orang pengusaha kulit yang tidak mendapatkan kredit. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive random sampling, yaitu mengambil sampel sesuai dengan tujuan penelitian yang berdasarkan kelompok-kelompok dan setiap kelompok diambil sampel secara secara random (acak). Kelompok-kelompok yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu kelompok yang memperoleh kredit dan kelompok yang tidak memperoleh kredit..
Variabel Penelitian
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu Pemberian kredit, sebagai variabel bebas pertama (X1), dan Motivasi berwiraswasta, sebagai variabel bebas kedua (X2). Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil usaha (Y)
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket, dan dokumentasi Angket
Pengertian Angket
Pengertian Angket
Menurut Irawan Soehartono (1999 : 65) angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden. Dari kedua pendapat di atas maka dapat ditarik keismpulan bahwa angket adalah teknik mengumpulkan data yang dilakukan secara tertulis kepada responden.
Macam-macam angket
Macam-macam angket
Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 152) kuesioner dapat dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung pada sudut pandang yaitu :
- Dipandang dari cara menjawabnya, maka ada :
- Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan pada responden untuk menjawab dengan kalimat sendiri.
- Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.
- Dipandang dari jawaban yang diberikan ada :
- Kuesioner langsung yaitu responden menjawab tentang dirinya.
- Kuesioner tidak langsung yaitu jika responden menjawab tentang orang lain.
- Dipandang dari bentuknya maka ada :
- Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuesioner tertutup.
- Kuesioner isian, yang dimaksud ialah kuesioner terbuka.
- Check list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda check pada kolom yang sesuai.
- Rating Scale (skala bertingkat) yaitu sebuah prenyataan diikuti kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.
Berdasarkan keterangan di atas maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket langsung tertutup dalam bentuk bertingkat (rating scale) yaitu responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan pada tiap-tiap kolom dengan membubuhkan tanda check pada kolom yang sesuai.
Keuntungan dan kelemahan angket
Keuntungan dan kelemahan angket
Angket sebagai teknik pengumpulan data mempunyai segi positif dan segi negatif dengan kata lain angket memiliki keuntungan dan kelemahan. Untuk keuntungan angket menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 152) adalah sebagai berikut :
- Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
- Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.
- Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing dan menurut waktu senggang responden.
- Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu menjawab.
- Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.
Sedangkan untuk kelemahan angket dikatakan oleh Suharsimi Arikunto (2006: 152-153) sebagai berikut :
- Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab, padahal sukar diulang untuk diberikan kembali kepadanya.
- Sering sukar dicari validitasnya.
- Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.
- Seringkali tidak kembali, terutama yang dikirm lewat pos. menurut penelitian, angket yang dikirim lewat pos angka pengembaliannya sangat rendah, hanya sekitar 20 %
- Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat.
- Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menggunakan angket Menentukan tujuan
Dalam penelitian ini angket disusun untuk memperoleh data mengenai system upah, pembagian kerja dan prestasi kerja.
Merumuskan aspek-aspek yang akan diungkap
Merumuskan aspek-aspek yang akan diungkap
Untuk memperjelas mengenai data yang diperlukan guna mendukung kebenaran hipotesa maka dilakukan spesifikasi variabel-variabelnya, sub variabel menjadi item-item pertanyaan.
Menetapkan bentuk angket
Menetapkan bentuk angket
Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk angket tertutup rating sacle.
Menyusun angket.
Menyusun angket.
Setelah spesifikasi data dan sumbernya terselesaikan maka mulai disusun angket dengan membuat item-item pertanyaan, membuat pedoman pengisian dan membuat surat pengantar pengiriman angket.
Menetapkan skor.
Menetapkan skor.
Untuk menentukan bobot penilaian penelitian, peneliti menggunakan modifikasi skala Likert yaitu menghilangkan ragu-ragu.
Sutrisno Hadi (1999 : 20) mengemukakan
skala Likert atas tingkat kesetujuan responden terhadap statemen dalam angket diklasifikasikan sebagai berikut :
SA : Strongly Agree = SS : Sangat Setuju
A : Agree = S : Setuju
UD : Undecide = BM : Belum Memutuskan
DA : Disagree = TS : Tidak Setuju
SDA : Strongly Disagree = STS : Sama Sekali Tidak Setuju
Berdasarkan pendapat di atas, dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket dengan lima tingkat skala. Namun ada sedikit perbedaan pada pilihan ketiga, pada pilihan tidak memutuskan (UD) diganti dengan pilihan ragu-ragu (RR), sehingga untuk menentukan skor atau nilai jawaban angket dengan skala lima digunakan patokan sebagai berikut
1. Setiap pertanyaan atau pernyataan terdapat empat pilihan sikap. Dalam hal ini meniadakan pilihan tidak memutuskan atau ragu-ragu, agar dapat diperoleh jawaban yang tegas dari responden.
2. Dalam menjawab pertanyaan atau pernyataan, responden memilih satu dari lima alternatif jawaban yang sesuai dengan sesungguh dengan cara memberikan tanda check pada kolom jawaban yang dipilih.
Skor statement positif diberi nilai sebagai berikut :
1. Setiap pertanyaan atau pernyataan terdapat empat pilihan sikap. Dalam hal ini meniadakan pilihan tidak memutuskan atau ragu-ragu, agar dapat diperoleh jawaban yang tegas dari responden.
2. Dalam menjawab pertanyaan atau pernyataan, responden memilih satu dari lima alternatif jawaban yang sesuai dengan sesungguh dengan cara memberikan tanda check pada kolom jawaban yang dipilih.
Skor statement positif diberi nilai sebagai berikut :
Jawaban SS (sangat setuju) nilai 4
Jawaban S (setuju) nilai 3
Jawaban TS (Tidak setuju) nilai 2
Jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) nilai 1
4) Skor statement negatif diberi nilai sebagai berikut :
Jawaban SS (Sangat Setuju) nilai 1
Jawaban S (Setuju) nilai 2
Jawaban TS (Tidak Setuju) nilai 3
Jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) nilai 4
Mengadakan try out
Mengadakan try out
Uji coba terhadap isi angket maksudnya untuk melacak barangkali item-item pertanyaan yang tidak objektif, atau ada petunjuk yang kurang jelas sehingga menyebabkan beberapa kesalahan dalam pengisian angket kemudian setelah diketahui kelemahannya, item pertanyaan direvisi agar angket benar-benar fungsional, tepat dapat berbicara sendiri dengan jelas. Jelas dapat dimengerti oleh semua responden, sebagaimana yang dimaksud oleh peneliti. Tryout dilakukan dengan maksud untuk menguji apakah angket yang digunakan memenuhi syarat validitas dan reliabilitas.
Validitas alat pengukur
Validitas alat pengukur
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat valid atau kesahihan alat pengukur. Untuk mengetahui valid tidaknya suatu alat pengukur data peneliti menggunakan uji korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson yaitu :
Apabila rhitung lebih besar dari rtabel, maka disimpulkan bahwa item tersebut dikatakan valid.
Reliabilitas alat pengukur
Reliabilitas alat pengukur
Suatu alat pengukur mempunyai tingkat reliabelitas atau keajegan yang tinggi, apabila alat tersebut dikenakan kepada kelompok yang sama, walaupun pada saat yang berbeda untuk mengetahui koefisien reliabilitas angket, peneliti menggunakan rumus alpha. Adapun rumus Alpha tersebut adalah sebagai berikut :
(Suharsimi Arikunto, 2006 : 196)
Hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan tabel product moment. Suatu angket dinyatakan reliabel jika harga rhitung lebih besar dari harga rtabel.
Apabila dari hasil perhitungan masih ada item angket yang tidak valid atau tidak reliabel, maka perlu dilakukan revisi terhadap angket tersebut.
Penyebaran Angket
Penyebaran Angket
Kalau revisi sudah selesai dan angket sudah benar-benar diperhitungkan kematangannya, kemudian disebarkan kepada responden, dihimpun kembali dan dianalisis hasilnya.
Teknik angket dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang motivasi berwiraswasta (X2) dan hasil usaha (Y).
Dokumentasi
Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang jumlah pengrajin kulit di Kelurahan Selosari . Dokumentasi yang dimaksudkan adalah data dari masing-masing kelurahan, yaitu berupa nama-nama pengrajin kulit.
Teknik Analisis Data
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan analisis varian (anava) dua jalan. Namun sebelum dilakukan, telebih dahulu dilakukan uji coba persyaratan analisis, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
Uji Persyaratan Analisis DataUji
Normalitas
Uji Persyaratan Analisis DataUji
Normalitas
Uji Normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji liliefors dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Menentukan Hipotesis
Menentukan Hipotesis
Ho : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Ha : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
1. Menentukan taraf nyata = 0,01
2. Setiap data Xi (data pengamatan dari yang terbesar sampai yang terkecil) diubah menjadi bilangan baku zi dengan transformasi : X
1. Menentukan taraf nyata = 0,01
2. Setiap data Xi (data pengamatan dari yang terbesar sampai yang terkecil) diubah menjadi bilangan baku zi dengan transformasi : X
zi =
1.Mencari peluang untuk setiap bilangan baku F(zi) = P(Z)
2.Menghitung S (zi) yaitu proporsi cacah z
3.Statistik uji yang digunakan
1.Mencari peluang untuk setiap bilangan baku F(zi) = P(Z)
2.Menghitung S (zi) yaitu proporsi cacah z
3.Statistik uji yang digunakan
L = Maks [F (zi) - S (zi) ]
Daerah kritis (daerah penolakan Ho)
Daerah kritis (daerah penolakan Ho)
Ho ditolak apabila L > L (a;n)
Ho diterima apabila L < L (a;n)
Uji Homogenitas
Uji Homogenitas
Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji Bartlet, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Menentukan Hipotesis
Menentukan Hipotesis
Ho : (varian homogen)
Ha : tidak semua varian sama (varian tidak homogen)
1. Menentukan taraf nyata a = 0,01
2.Uni bartllet dengan menggunakan statistik chi kuadrat, dengan rumus :
1. Menentukan taraf nyata a = 0,01
2.Uni bartllet dengan menggunakan statistik chi kuadrat, dengan rumus :
Dimana B adalah koefisien Bartllet
B = (log S2) å (ni – 1)
ni = banyaknya anggota
si = simpangan baku tiap-tiap sample
s = varian gabungan dari sample
Daerah kritis (daerah penolakan Ho)
Daerah kritis (daerah penolakan Ho)
Ho ditolak jika X2 hitung > X2 (1-a) (k-1)
Ho diterima jika X2 hitung < X2 (1-a) (k-1)
Analisis Data
Uji Hipotesis dengan Anava Dua Jalan
Analisis Data
Uji Hipotesis dengan Anava Dua Jalan
Untuk menganalisis data yang telah diperoleh dalam penelitian ini, maka digunakan analisis varian dua jalan. Adapun untuk keperluan anava dua jalan berdasarkan desain eksperimen faktorial A x B di atas, maka perlu dihitung harga-harga :
Jio o = Jumlah nilai pengamatan yang terdapat dalam taraf ke i ke
= faktor A
=
Jo jo = Jumlah nilai pengamatan yang terdapat dalam taraf ke j
faktor B
=
J ijo = Jumlah nilai pengamatan yang terdapat dalam taraf ke i
faktor A dan dalam taraf ke j faktor B
=
Jooo = Jumlah nilai semua pengamatan
=
Ry =
Ay = Jumlah kuadrat-kuadrat (JK) untuk semua taraf faktor A
= bn
=
By = Jumlah kuadrat-kuadrat untuk semua taraf faktor B
= an
=
AB = Jumlah kuadrat untuk interaksi antara faktor A dan faktor B
=
= Jab - Ay – By
Ey = åY2 – Ry – Ay – By – ABy
A = Ay/(a-1)
B = By/(b-1)
AB = Aby/(a-1) (b-1)
E = Ey/ab(n-1)
Harga-harga hasil perhitungan di atas dapat dirangkum dalam daftar anava sebagai berikut
Tabel 4. Rangkuman Anava Dua Jalan
- SumberVariansiDkJKRJKFRata-rata PerlakuanABABKekeliruan1a-1b-1(a-1) (b-1)Ab(n-1)RyAyByAbyEyRABABEA/EB/EAB/ETotalåniåY2--
(Sudjana, 1989: 93)
Karena dalam penelitian ini ada dua taraf faktor A dan tiga buah taraf faktor B, yang semuanya digunakan dalam eksperimen, maka untuk menghitung statistik F digunakan model tetap, yaitu :
Ha1 dipakai statistik F=A/E
Ha2 dipakai statistik F=B/E
Ha3 dipakai statistik F=AB/E
Adapun daerah kritis masing-masing dibatasi oleh :
Fa (a-1), ab (n-1) untuk hipotesis ke-1
Fa (a-1), ab (n-1) untuk hipotesis ke-2
Fa (a-1), (b-1), ab (n-1) untuk hipotesis ke-3
Komparasi Ganda Pasca Anava Dua Jalan
Komparasi Ganda Pasca Anava Dua Jalan
Komparasi ganda pasca anava bertujuan untuk mengetahui rerata mana yang berbeda dan rerata mana yang sama. Dalam penelitian ini, komparasi ganda yang digunakan untuk uji tindak lanjut anava dua jalan adalah dengan menggunakan metode scheffe
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam metode scheffe adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan yang ada. Jika terdapat K perlakuan, maka ada pasangan rataan dan rumusan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut
2.Menentukan tingkat signifikan
3.Mencari nilai statistik uji F dengan menggunakan formula :
4.Komparasi Antar Baris
1. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan yang ada. Jika terdapat K perlakuan, maka ada pasangan rataan dan rumusan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut
2.Menentukan tingkat signifikan
3.Mencari nilai statistik uji F dengan menggunakan formula :
4.Komparasi Antar Baris
Dengan :
Fi-j = nilai Fobs pada perbandingan baris ke-i dan baris ke-j
= rataan pada baris ke-i
= rataan pada baris ke-j
RKG= E = rataan kuadrat galat
ni = ukuran sample baris ke-i
nj = ukuran sample baris ke-j
Sedangkan daerah kritis untuk sample uji ini adalah :
DK = {F/F> (p-1) Fa;p-1,N-pq
Komparasi Antar Kolom
Komparasi Antar Kolom
Dengan daerah kritis :
DK = {F/F> (p-1) Fa;p-1,N-pq
Keterangan : Makna lambang-lambang untuk komparasi antar kolom ini mirip dengan makna lambang-lambang pada komparasi antar baris, hanya mengganti baris dengan kolom.
Komparasi antar sel pada kolom yang sama
Komparasi antar sel pada kolom yang sama
Dengan :
Fij-jk = nilai Fobs pada perbandingan rataan pada sel ke-ij
dan rataan pada sel ke-jk
= rataan pada sel ke-ij
= rataan pada sel ke-jk
RKG=E = rataan kuadrat galat
nij = ukuran sel ke-ij
njk = ukuran sel ke-jk
Sedangkan daerah kritis untuk uji ini adalah :
DK = {F/F> (pq-1) Fa;p-1,N-pq
Komparasi antar sel pada baris yang sama
1. Menentukan daerah kritis
2.Menentukan keputusan uji untuk masing-masing komparasi ganda
3.Mengambil kesimpulan dari keputusan uji yang ada
4.Mencari rerata sel untuk mengetahui daya yang maksimal
Komparasi antar sel pada baris yang sama
1. Menentukan daerah kritis
2.Menentukan keputusan uji untuk masing-masing komparasi ganda
3.Mengambil kesimpulan dari keputusan uji yang ada
4.Mencari rerata sel untuk mengetahui daya yang maksimal
DAFTAR PUSTAKA
Drucker, Peter F. 1994. Inovasi Dan Kewiraswastaan. Jakarta : Erlangga.
Masykur Wiratmo, 2001. Pengantar Kewiraswastaan Kerangka Dasar Memasuki Dunia Bisnis. Yogyakarta : BPFE.
Sadili Samsudin. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Pustaka Setia.
Safarudin Siregar. 2004. Statistik Terapan Untuk Penelitian. Jakarta : Grasindo.
Shinichi Ichimura. 1996. Pembangunan Ekonomi Indonesia, Masalah Dan Analisis. Edisi Revisi. Jakarta : UI Press.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Suryana. 2006. Kewirausahaan, Pedoman Praktis, Kiat, Dan Proses Menuju Sukses. Jakarta : Salemba Empat.
Suyatno, Thomas, Dkk. 1995. Dasar-Dasar Perkreditan. Jakarta : Gramedia.
Tiktik Sartika Pratomo dan Abd. Rachman Soejoedono. 2002. Ekonomi Skala Kecil / Menengah dan Koperasi. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Winardi, J. 2003. Entrepreneur dan Entrepreneurship. Jakarta : Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar